,
menampilkan: hasil
Pemkot Upaya Tingkatkan Universal Health Coverage JKN
Cakupan JKN di Pontianak Capai 87,86 persen
PONTIANAK - Kota Pontianak dengan jumlah penduduk sebanyak 680.852 jiwa saat ini tercatat memiliki cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebesar 87,86 persen. Sementara Universal Health Coverage (UHC) sebesar 98 persen di tahun 2024 menjadi target nasional.
Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyebut, Kota Pontianak dengan jumlah penduduk terbanyak se-Kalimantan Barat (Kalbar) dan anggaran yang terbatas, untuk mencapai target UHC juga besar.
“Maka dari itu, ukuran prestasi yang diberikan kepada daerah adalah bukan pencapaian 98 persen target nasional, melainkan yang dinilai adalah upaya untuk mencapai target nasional tersebut,” ujarnya usai penandatanganan komitmen implementasi pemindahan atau redistribusi kepesertaan JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Ruang Rapat Wali Kota, Kamis (22/8/2024).
Redistribusi kepesertaan JKN di FKTP merupakan salah satu langkah percepatan dari implementasi kebijakan transformasi sistem kesehatan, di mana salah satu tujuannya adalah untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Dengan adanya redistribusi ini diharapkan terjadi pemerataan beban pelayanan di fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan di FKTP serta peningkatan kepuasan peserta JKN,” kata Ani Sofian.
Ia menambahkan, jumlah fasilitas kesehatan di Kota Pontianak terdiri dari 14 rumah sakit, 23 puskesmas dan 82 klinik, dengan cakupan JKN 87,86 persen. Meski demikian, lanjut dia, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam pelaksanaan program redistribusi ini.
“Seperti keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur yang belum memadai serta kesiapan FKTP dalam menerima peserta baru,” ungkapnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berkomitmen dalam mensukseskan Program JKN. Sebagaimana dibuktikan dengan pencapaian cakupan kepesertaan JKN yang terus meningkat, yang mana per Juli 2024 tercatat kepesertaan JKN di Kota Pontianak telah mencapai 87 persen dari total penduduk.
“Angka ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tutup Pj Wali Kota. (prokopim)
Pj Wali Kota Dorong Turunkan Stunting Menuju Generasi Emas 2045
Dialog Kepemudaan ‘Emak-emak Mude Besehe Cegah Stunting’
PONTIANAK - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak komitmen dalam menurunkan angka stunting di berbagai lini. Tak hanya menyasar sektor kesehatan dan pendidikan, di bidang kepemudaan juga menjadi target dalam menekan angka stunting. Lewat Dialog Kepemudaan yang digelar oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak menjadi wadah dalam mensosialisasikan pentingnya mencegah stunting di kalangan generasi muda Kota Pontianak.
Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyebut, Pemkot Pontianak akan terus berkomitmen dalam menurunkan angka stunting di Kota Pontianak. Ia menilai, dialog kepemudaan yang diikuti oleh kaum ibu-ibu muda ini sudah tepat karena dari mereka kelak akan melahirkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
“Tentunya anak-anak yang nanti dilahirkan oleh ibu-ibu jangan sampai stunting sehingga melalui dialog ini para peserta mendapat pencerahan bagaimana mencegah agar anak tidak stunting,” ujarnya usai membuka Dialog Kepemudaan dengan tema ‘Emak-emak Mude Besehe Cegah Stunting’ di Hotel Garuda Pontianak, Minggu (18/8/2024).
Ani Sofian mengatakan, kala awal dirinya menjabat selaku Pj Wali Kota, angka stunting masih 19 persen lebih. Kemudian lewat berbagai upaya yang dilakukan, angka stunting berhasil turun menjadi 16,7 persen. Sementara pemerintah pusat mematok target stunting adalah 14 persen.
“Mudah-mudahan Kota Pontianak bisa di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,” harapnya.
Dia menekankan pentingnya mempersiapkan generasi muda yang sehat sebagai generasi penerus yang akan membangun Kota Pontianak menjadi lebih baik. Terlebih, Indonesia Emas 2045 tersisa 21 tahun menuju ke masa itu. Oleh sebab itu, sejak dari sekarang sudah harus dipersiapkan generasi yang sehat.
"Saya berharap generasi muda ini menjadi generasi yang sehat, yang mampu membangun Kota Pontianak ke arah yang lebih baik,” imbuh Pj Wali Kota.
Kepala Disporapar Kota Pontianak Rizal menuturkan, fokus utama dalam kegiatan dialog kepemudaan ini adalah bagaimana menurunkan angka stunting. Oleh karena itu pihaknya berupaya memberikan kontribusi lewat kegiatan ini sehingga capaian target menurunkan stunting bisa tercapai. Bahkan melebihi dari angka yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
“Momen HUT ke-79 RI salah satu kegiatan di bidang kepemudaan adalah dengan mentautkan program penurunan stunting melalui dialog kepemudaan,” sebutnya.
Jumlah peserta sebanyak 200 orang. Dirinya berharap para peserta yang mengikuti kegiatan ini dapat meneruskan sosialisasi kepada masyarakat di lingkungannya dalam upaya menurunkan angka stunting.
“Kalau ada yang mengidap stunting, bagaimana SOP dan mekanisme melaporkannya kepada Pemkot Pontianak melalui kelurahan dan kecamatan,” tutup Rizal. (prokopim)
Atas Dedikasinya, Nurul Azizah Raih Kader Posyandu Berprestasi Nasional
Pj Wali Kota Apresiasi Kader Posyandu yang Aktif Melayani
PONTIANAK – Satu lagi berita membanggakan dari Kota Pontianak, setelah kemarin atlet panjat tebing Veddriq Leonardo meraih emas di Olimpiade Paris serta baju khas Melayu Telok Belanga Pontianak yang dikenakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, kali ini kabar bahagia datang dari dunia kesehatan.
Seorang kader Posyandu Aster Kelurahan Siantan Hilir, Nurul Azizah Novihayati menerima penghargaan tingkat nasional sebagai kader berprestasi tahun 2024 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, di Ballroom Swissotel Jakarta PIK Avenue, Minggu (18/8/2024).
“Perasaan saya tentunya senang dan sangat bangga sekali dapat mewakili Kalimantan Barat di tingkat nasional. Harapan saya hal ini dapat memotivasi kader kader lain untuk selalu bersemangat melakukan pekerjaan terbaik kita dengan hati,” ungkap Nurul, usai menerima penghargaan.
Hasil yang diterima ini tentu tidak didapat begitu saja, melainkan berbagai rintangan dan proses di lapangan telah dijalani oleh Nurul. Mulai dari melayani masyarakat, menemukan inovasi sampai mendedikasikan waktunya untuk kesehatan, sudah menjadi aktivitas sehari-harinya.
“Pesan saya kepada kader lain, lakukan pekerjaan baik kita dengan hati, terus berinovasi, berprestasi dan bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Nurul juga berkesempatan untuk mengikuti pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo sekaligus melakukan audiensi secara langsung dengan Wapres Ma’ruf Amin. Tidak sembarangan, ada persyaratan yang telah dilalui Nurul, mulai dari seleksi tingkat kota dilanjutkan seleksi tingkat provinsi dengan wawancara secara daring tingkat nasional dari Kemenkes, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigras, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi hingga TP PKK Pusat.
Penghargaan kader berprestasi ini, jelas Nurul, diberikan kepada kader yang aktif dan memiliki SK minimal 3 tahun atau lebih berturut-turut, memiliki kemampuan menguasai 25 keterampilan Integrasi Layanan Primer yang melayani seluruh siklus hidup, jumlah prestasi yang didapatkan selama tahun 2022-2023 hingga jumlah inovasi yang dilaksanakan.
“Sepanjang tahun 2023 saya memiliki 1 prestasi di kota, 2 prestasi di tingkat provinsi dan 1 prestasi nasional serta memiliki 11 inovasi yang diterapkan sepanjang tahun 2022-2023,” paparnya.
Nurul menjadi satu di antara 230 kader kesehatan se-Indonesia yang menerima Penghargaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Teladan serta Kader Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2024. Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian mengapresiasi dedikasi Nurul atas pelayanan yang diberikannya bagi kesehatan masyarakat Kota Pontianak.
“Kita harap ini menjadi motivasi untuk kader lainnya, sebagai bentuk penghargaan dari pemerintah kepada kader yang aktif melayani, mudah-mudahan muncul lebih banyak lagi kader berprestasi,” paparnya.
Ani Sofian juga mengingatkan pentingnya dukungan dari semua pihak untuk menjaga dan meningkatkan kualitas program kesehatan yang telah berjalan. Ia menilai, penghargaan ini menunjukkan kualitas pelayanan dan inovasi yang luar biasa dalam mendukung program kesehatan masyarakat.
“Penghargaan ini adalah hasil dari kerja keras dan komitmen tinggi para kader posyandu kita. Mereka telah menunjukkan kualitas pelayanan dan inovasi yang luar biasa dalam mendukung program kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (kominfo)
Hadapi Tantangan Pelayanan Kesehatan, Pemkot Luncurkan Aplikasi Smart Berbasis Geospasial
Aksi Konvergensi Stunting
PONTIANAK – Penekanan tombol oleh Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian bersama instansi terkait menandai peluncuran secara simbolis Aksi Konvergensi Stunting melalui Smart Berbasis Geospasial di Kota Pontianak, di Aula Rohana Muthalib Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, Selasa (6/8/2024). Kegiatan tersebut juga dirangkai dengan pelepasan penyaluran bantuan dari PT Bulog ke seluruh kecamatan di Kota Pontianak.
Ani Sofian menerangkan, masalah stunting adalah sinyal, bahwa terdapat masalah dalam manajemen penyelenggaraan dasar. Ia berharap melalui aplikasi Smart berbasis geospasial dukungan data yang terverifikasi dan tervalidasi dapat terwujud. Ia mengapresiasi inovasi Bappeda Kota Pontianak ini.
“Intervensi langsung yang kita lakukan kepada masyarakat jika tanpa dukungan data, maka intervensi tersebut tidak akan tepat sasaran,” imbuhnya, usai peluncuran serta menyalurkan bantuan kepada masyarakat kurang mampu.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melibatkan 91 Tim Pendamping Keluarga (TPK) dengan jumlah kader 273 orang yang tersebar di 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Ke depan, Ani Sofian berpesan, perlu penguatan peran dan fungsi TPK dalam melakukan verifikasi dan validasi data.
“Mengingat data yang digunakan dalam aplikasi Smart merupakan data yang dinamis, ke depannya perlu penguatan peran TPK dalam verifikasi dan validasi data,” ucap Pj Wali Kota.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat serta jajaran instansi pemerintah untuk mempercepat penurunan angka stunting di Kota Pontianak, demi menyongsong cita-cita Indonesia Emas 2024 mendatang.
“Keberhasilan pencegahan dan percepatan stunting di Kota Pontianak dapat dicapai dengan bekerja bersama, tumbuh kembang anak menentukan kualitas pembangunan SDM Indonesia dan menentukan masa depan mereka selanjutnya,” ujarnya.
Kepala Bappeda Kota Pontianak Sidig Handanu menerangkan, terdapat beberapa tantangan pelayanan kesehatan kepada balita di Kota Pontianak. Hal itu tampak dari 50 ribu jumlah balita di Kota Pontianak, 16,7 persen di antaranya tergolong stunting. Dengan demikian, ada sekitar 8.850 anak yang berada dalam kondisi pendek, di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Sidig menyebut, pemerintah pusat menargetkan percepatan penurunan stunting sampai ke angka 14 persen.
“Kalau sasaran balita kita 50 ribu, maka 16,7 persen itu angka yang tidak sedikit, 8.850 anak di Kota Pontianak dalam kondisi pendek, jadi tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya,” paparnya,
Selain stunting, vaksinasi polio juga masih jadi perhatian Pemkot Pontianak. Data terakhir cakupan vaksinasi polio, lanjut Sidig, Kota Pontianak berada di nomor urut 14 dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Barat.
“Dari dua data ini tidak bisa kita pandang sebagai suatu yang biasa, harus kita analisis kita kaji mengapa, di satu sisi capaian stunting lumayan bagus, di satu sisi anaknya kok tidak mau divaksinasi polio atau tidak mau datang saat penimbangan,” ungkapnya.
Dari hasil analisis sementara, Sidig menyimpulkan, rendahnya angka capaian polio tersebut akibat kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke posyandu. Sedangkan faktor lain yang menurutnya turut mempengaruhi adalah angka fertilitas Kota Pontianak yang turun serta gagalnya eliminasi polio di tingkat global.
“Sejak tahun 2020 angka fertilitas kita 0,8 yang semula 1,4 persen, jadi kalau dicari bayinya pasti tidak ada sedangkan sasarannya menggunakan estimasi nasional, disamakan seluruh Indonesia,” kata Kepala Bappeda.
Berbagai persoalan tersebut memerlukan solusi yang optimal, salah satunya dengan aplikasi Smart berbasis geospasial yang baru saja diluncurkan. Sidig menyampaikan, di dalam aplikasi tersebut bisa mengetahui posisi orang tua dan balita, penyebab stunting seperti sanitasi dan penyebab lainnya.
“Aplikasi ini bukan hanya mengetahui anak pendek, tetapi juga anak dengan risiko sunting,” pungkasnya. (kominfo/prokopim)