Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemindahan ibu kota negara kembali mengemuka, setelah beberapa tahun sebelumnya pernah pula menjadi wacana yang kemudian menguap tanpa ujung.
Kali ini, Presiden Joko Widodo memunculkan rencana pemindahan ibu kota melalui tindakan lebih serius dengan menggelar Rapat Terbatas bersama para menteri terkait di Kantor Presiden pada Senin (29/4) lalu.
Dalam perkembangannya, pemerintah menyebutkan terdapat tiga wilayah yang paling berpotensi menjadi kota pengganti DKI Jakarta, yaitu Sumatera bagian timur, Sulawesi bagian selatan, dan Kalimantan.
Bagaimana potensi ekonomi di wilayah Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan?
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga mengungkapkan, dari sisi ekonomi, Sumatera dan Sulawesi relatif lebih maju dibanding Kalimantan. Pasalnya, sumber ekonomi di Sumatera dan Sulawesi banyak ditopang oleh industri manufaktur dan perdagangan, selain dari hasil tambang dan perkebunan. Lihat saja kota Medan dan Makassar yang masuk dalam daftar kota terbesar di Indonesia.
"Padang, Medan itu bisa maju karena hubungan perdagangan dekat dengan Singapura dan Malaysia," ujar Nirwono kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/5).
Berbeda dengan Sumatera dan Sulawesi, kota-kota di Kalimantan masih mengandalkan aktivitas pertambangan dan kehutanan saja. Saat harga komoditas jatuh, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan juga ikut terseret.
Meski demikian, beberapa kota yang melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi, seperti Balikpapan dan Pontianak, bisa menjadi pusat kegiatan ekonomi setempat.
Kondisi itu terkonfirmasi oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Tahun lalu, kontribusi Sumatera terhadap pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 21,58 persen dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,54 persen. Kontribusi Sumatera merupakan yang kedua terbesar setelah Jawa.
Sementara itu, kontribusi Kalimantan 8,2 persen dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,91 persen. Di Sulawesi, kontribusinya hanya 6,22 persen, meski pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,65 persen atau di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,17 persen.