,
menampilkan: hasil
42 dari 121 Sekolah di Kota Pontianak Sudah Inklusi
Akses Pendidikan Milik Setiap Anak, Pemkot Targetkan Seluruh Sekolah Ditetapkan Inklusi
PONTIANAK - Setiap anak di Kota Pontianak memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan, tidak terkecuali dengan penyandang disabilitas. Hal itu terbukti dengan ditetapkannya 42 sekolah inklusi, mulai dari SD dan SMP Negeri, yang diikuti 128 Peserta Didik Penyandang Disabilitas (PDPD) di Kota Pontianak. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Sri Sujiarti menerangkan, meski beberapa sekolah belum terdaftar sebagai sekolah inklusi, namun pihaknya tengah berupaya agar semua sekolah dapat ditetapkan menjadi sekolah inklusi.
“Sedangkan dari 121 SD dan SMP Negeri se-Kota Pontianak yang belum inklusi, terdapat 237 peserta didik yang dilaporkan terduga penyandang disabilitas,” paparnya saat memberikan sambutan mewakili Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono pada kegiatan Bimbingan Teknis Lanjutan Sekolah Inklusi Tahun 2022, di Hotel Borneo, Selasa (25/10/2022).
Sri menuturkan, ketetapan sekolah inklusi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas. Dia menyebut, pihaknya merintis pendidikan inklusi di Kota Pontianak sejak tahun 2020.
“Bagi sekolah yang sudah menerima peserta didik penyandang disabilitas, wajib menjalankan prinsip sekolah inklusif secara mandiri di sekolah masing-masing, meski bukan sekolah inklusi,” ujarnya.
Meski pada prosesnya masih terdapat kendala, seperti minimnya sarana dan prasarana, keterbatasan jumlah dan kompetensi guru reguler yang mampu melayani PDPD, dirinya berharap, pemerintah pusat dapat menerbitkan aturan kebijakan yang konkret bagi karir Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang melayani PDPD. Dia kemudian mengajak setiap instansi terkait, OPD dan orang tua yang menangani pelatihan, rekrutmen dan formasi guru maupun kepala sekolah pada pendidikan inklusi.
“Saya harap tidak hanya menyiapkan tidak hanya satu GPK, paling tidak satu GPK bisa mengajarkan kepada guru yang lain bagaimana cara menghadapi peserta didik disabilitas,” imbuhnya.
Sri lalu menyampaikan apresiasinya kepada GPK yang sudah berdedikasi dan berlapang dada memberikan tenaga, waktu dan pikiran bagi kemajuan pendidikan. Tanpa GPK, hak yang sama dalam menerima pendidikan di Kota Pontianak akan timpang.
“Bapak dan ibu harusnya bangga, karena saya paham, mendidik siswa disabilitas itu sulit. Kalau saya juga belum tentu bisa,” tutupnya.
Kepala UPT Layanan Disabilitas dan Asesmen Center (LDAC) Kota Pontianak, Ismi Ardhini, menjelaskan, agenda Bimtek Sekolah Inklusi bertujuan memberikan pemahaman serta meningkatkan kapasitas GPK di sekolah inklusi dalam menangani PDPD dan diikuti seluruh guru TK, Paud, SD dan SMP Negeri serta swasta yang ditunjuk sebagai GPK hingga terapis di UPT LDAC yang berjumlah 100 orang.
“Kami atas nama penyelenggara mengungkapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung bimtek ini,” pungkasnya.
Perlu diketahui, Sekolah inklusi adalah tempat di mana anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya. Namun, anak berkebutuhan khusus tetap didampingi oleh guru pendamping selama kegiatan belajar mengajar.
Sistem pembelajaran, pengajaran, kurikulum, sarana dan prasarana, serta sistem penilaian di sekolah inklusi akan mengakomodasi kebutuhan anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat beradaptasi dan menerima pendidikan sebaik mungkin.
Dengan bersekolah di sekolah inklusi, anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan berbagai manfaat seperti, hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik reguler lainnya di kelas, berbagai fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlepas dari keterbatasannya, dorongan untuk lebih percaya diri hingga kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman sebaya.
Di sekolah inklusi, anak berkebutuhan khusus akan dididik bersama anak lainnya yang tidak memiliki keterbatasan serupa. Di kelas tersebut, para siswa bisa terlatih dan terdidik untuk dapat menghargai, menghormati, dan menerima satu sama lain dengan penuh empat. (kominfo)
Wako Edi Kamtono Sebut Menteri Nadiem Visioner Gagas Kurikulum Merdeka
PONTIANAK - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyebut, kunjungan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim di Kota Pontianak, membawa titik terang bagi kemajuan dunia pendidikan, terutama terkait Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
"Selama ini ada pemikiran bahwa ganti menteri, ganti kurikulum. Ternyata Kurikulum Merdeka yang digagas Menteri Pendidikan tujuannya visioner yang manfaatnya sangat besar bagi dunia pendidikan," ujarnya usai mendampingi Mendikbudristek pada pertemuan dengan kepala sekolah dari sekolah penggerak di SDN 28 Pontianak Utara, Senin (24/10/2022).
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka ini, pihaknya akan terus memonitor pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi kearifan lokal di daerah. Ia berharap dengan Kurikulum Merdeka ini memberikan dampak positif bagi kemajuan pendidikan di Kota Pontianak.
"Tadi kita mendapatkan penjelasan yang sangat gamblang dari Menteri tentang Kurikulum Merdeka, sekolah dan guru penggerak serta hal-hal berkaitan dengan sektor pendidikan," ungkapnya.
Mendikbudristek, Nadiem Makarim menjelaskan, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dinilainya lebih penting bagi daerah-daerah terpencil, terluar, tertinggal dan di daerah-daerah perbatasan. Kurikulum Merdeka itu memberikan kewenangan kepada guru-guru untuk mundur sesuai dengan kompetensi dari murid di sekolah tersebut, atau bahkan bisa akselerasi juga jika anak didiknya sudah siap untuk maju.
"Sekarang bayangkan, masuk akal gak sih di kota besar atau kepulauan terkecil, semua anak kelas enam SD harus menguasai hal yang sama, ini tidak masuk akal. Makanya banyak sekali anak-anak yang ketinggalan," jelasnya.
Kedua, lanjut Nadiem, kenapa kurikulum merdeka lebih penting di daerah perbatasan dan di luar kota besar, karena jumlah materi atau muatan kepadatan materi itu dikurangi hingga 30 sampai 40 persen sehingga bisa fokus pada pendalaman. Sebagai orang tua tentunya pernah komplain karena anak-anaknya dijejali dengan materi pelajaran yang banyak.
"Nah itu alasannya karena berbagai materi itu dititipkan dalam kurikulum kita. Makanya kita rampingkan, kita sederhanakan agar lebih ramping dan lebih mendalam," terang dia.
Ketiga, yang tak kalah pentingnya, sambungnya lagi, ada berbagai macam project best learning, yang mana mereka bisa bereksperimen dengan kearifan lokal, budaya lokal dan tema-tema project belajar di lapangan, bukan hanya di dalam kelas.
"Itulah alasannya kenapa kurikulum merdeka bahkan lebih penting penerapannya di luar kota atau daerah yang sosial ekonominya rendah," pungkasnya. (prokopim)
Menteri Nadiem Puji Kepala Sekolah Terapkan Sekolah Penggerak di Pontianak
24 Sekolah Penggerak Ada di Pontianak
PONTIANAK - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim melakukan kunjungan kerjanya ke Kota Pontianak. SDN 28 Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara menjadi kunjungan pertama kalinya di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). SDN 28 Pontianak Utara merupakan satu di antara 24 sekolah penggerak di Kota Pontianak. Pada kesempatan tersebut, Nadiem menjelaskan kepada para kepala sekolah dari sekolah penggerak, pentingnya Program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak di daerah. Ia mengapresiasi para kepala sekolah yang telah berani melakukan transformasi begitu besar dalam dunia pendidikan lewat program sekolah penggerak.
"Kita juga mendukung sekolah penggerak menjadi pendukung dan menjadi mercusuar bagi sekolah-sekolah lain yang ingin bertransformasi di wilayah Kalbar maupun Pontianak," ujarnya di hadapan para kepala sekolah dari Sekolah Penggerak, Senin (24/10/2022).
Sebelumnya, Nadiem mengaku telah berdiskusi dengan Gubernur Kalbar dan Wali Kota Pontianak membahas bagaimana membantu transformasi terakselerasi agar guru-guru penggerak dijadikan pengawas dan kepala sekolah.
"Termasuk proses guru honorer bisa terakselerasi sehingga bisa membantu kesejahteraan guru," terangnya.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menuturkan, kehadiran Mendikbudristek ke Kota Pontianak akan memberikan nilai-nilai positif bagi kemajuan dunia pendidikan. Saat ini, sekolah yang telah menjadi Sekolah Penggerak berjumlah 24 sekolah, mencakup TK, SD dan SMP. Ia mendukung program sekolah penggerak dan guru penggerak sebagai upaya memajukan pendidikan di Kota Pontianak.
"Program ini akan mengakselerasi untuk melangkah lebih maju satu atau dua tahap ke depan," ungkapnya.
Anggota Komisi X DPR RI, Adrianus Asia Sidot menuturkan, kunjungan Mendikbudristek ke SDN 28 Pontianak Utara bertemu dengan para kepala sekolah dan guru, untuk menjelaskan informasi-informasi secara utuh berkaitan dengan program-program yang digulirkan di bidang pendidikan.
"Karena informasi-informasi yang terkadang tidak secara utuh diterima para guru, hari ini bisa terang benderang yang dijelaskan langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi," jelasnya.
Menurutnya, terobosan-terobosan di bidang pendidikan, transformasi-transformasi yang dilakukan Menteri Pendidikan itu terkadang memang membuat banyak pihak seperti kepanasan. Banyak yang mengkritisi, banyak yang membully seperti yang disampaikan oleh Menteri. Namun dirinya optimis apa yang dilakukan oleh Menteri Nadiem mempunyai tujuan besar bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
"Hasilnya memang mungkin belum bisa dirasakan hari ini, bukan dalam kurun waktu setahun atau dua tahun, tetapi mungkin lima sampai sepuluh tahun ke depan. Bidang pendidikan ini tidak bisa realisasinya dalam waktu singkat," tukasnya.
Misalnya, lanjut Adrianus, program guru penggerak dan sekolah penggerak. Program ini akan terus bergulir sehingga program-program unggulan ini bisa termasuk transformasi-transformasi sistem pendidikan. Selama ini sistem pendidikan terkesan monoton, tidak ada perubahan-perubahan yang berarti.
"Di tangan Mas Nadiem ini banyak perubahan-perubahan yang drastis. Meskipun banyak yang belum memahami karena tidak menerima informasi secara utuh," ucapnya.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul, termasuk kepala sekolah dan guru.
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak. (prokopim)
Lewat Lomba 'Bace Pontianak', Ajak Warga Lestarikan Bahasa dan Sadar Literasi
Bahasan: Pemkot Dukung Semua Gerakan Literasi
PONTIANAK - Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-251 Kota Pontianak, Komunitas Read Aloud Kalbar menggelar Lomba 'Bace Pontianak'. Lomba membaca buku secara nyaring ini menggunakan bahasa Melayu Pontianak. Pegiat Read Aloud Kalbar, Widiantoro menerangkan, terhitung sudah dua tahun komunitas Read Aloud Kalbar berdiri dan aktif di Kota Pontianak. Dia menambahkan, agenda ‘Bace Pontianak’ diselenggarakan, selain karena memeriahkan Hari Jadi ke-251 Kota Pontianak, juga menyemarakkan Bulan Bahasa dan Sastra 2022.
“Nanti akan dilaksanakan secara daring, panitia mulai dengan membaca buku kepada anak-anak secara nyaring. Selanjutnya anak-anak bergantian membaca nyaring, kemudian direkam dalam bentuk video dan diposting lewat Instagram. Lomba ini dimulai hari ini lalu pemenangnya diumumkan pada 23 Oktober mendatang secara daring,” terangnya usai pembukaan lomba di Aula Rohana Muthalib, Senin (10/10/2022).
Komunitas yang dibentuk tahun 2020 itu bergerak di bidang literasi dan bahasa karena beberapa hal. Di antaranya, lanjut Widiantoro, adalah risalah ilahiah. Kaitannya dengan kegiatan di Kalbar, pihaknya tidak ingin ada anak-anak yang lemah secara ilmu pengetahuan. DIa menganggap, praktik membaca nyaring memberikan banyak manfaat kepada tumbuh kembang psikologis anak, khususnya kemampuan mendengar.
“Karena kegiatan lombanya akan menggunakan bahasa melayu Pontianak, kami mengambil tema ‘Bahasa Lestari, Keluarga Sadar Literasi’, artinya bahasa Pontianak akan terus ada,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan mendukung setiap gerakan literasi di Kota Pontianak. Hal itu menurutnya sejalan dengan visi dan misi Kota Pontianak, yaitu ‘Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan, Cerdas dan Bermartabat.’ Salah satunya seperti yang digencarkan oleh Komunitas Read Aloud Kalbar.
“Kami Pemerintah Kota Pontianak sangat mendukung dengan diselenggarakannya setiap gerakan literasi, apalagi ini diadakan dalam rangka menuju Hari Jadi ke-251 Kota Pontianak,” ungkapnya.
Secara statistik di tingkat nasional, budaya membaca memang diakui masih lemah. Oleh sebab itu, menjadi fokus pihaknya agar generasi mendatang dididik untuk gemar bahkan memerlukan bacaan berkualitas. Banyak tantangan yang dihadapi untuk menjadikan anak-anak gemar membaca terutama di era digitalisasi saat ini.
“Tentu tantangannya adalah bagaimana kita selaku orang tua, pembimbing dan pendidik, membuat bacaan itu menarik sehingga anak-anak berminat untuk membaca, bahkan merasa perlu akan literasi,” ucapnya.
Bahasan berharap, melalui agenda ini tercipta kesadaran secara kolektif seluruh keluarga yang ada di Kota Pontianak. Meski perlahan, dirinya optimis apabila masyarakat menanamkan kebiasaan membaca, Kota Pontianak mampu sejajar dengan kota-kota besar di Indonesia bahkan dunia.
“Semoga para penggerak ini senantiasa diberikan semangat, konsistensi serta komitmen dalam menjalankan cita-cita mulia. Karena saya paham, tidak mudah untuk memberikan pemahaman, apalagi kepada anak-anak yang berusia lima tahun ke bawah,” imbuhnya. (kominfo/prokopim)